Monday, November 17, 2014

Metodologi Penelitian : Pengertian Riset dan Pengetahuan Ilmiah


Metode Penelitian : Pengertian Riset dan Pengetahuan Ilmiah

Cukup banyak buku yang mengartikan tentang riset seperti pada kamus Webster yang mengartikan riset sebagai suatu kata kerja yang mempunyai arti memeriksa atau mencari kembali. Lain lagi menurut Ndraha (1988), riset diartikan sebagai suatu pemeriksaan atau pengujian yang teliti dan kritis dalam mencari fakta, atau prinsip-prinsip penyelidikan yang tekun guna memastikan suatu hal. Dan beberapa pendapat para pakar penulis mencoba menyimpulkan bahwa riset adalah suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode yang ilmiah, sehingga riset memiliki tiga unsur penting, yaitu sasaran, usaha untuk mencapai sasaran, serta ‘metode ilmiah'. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar terdapat beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan ilmu. Sesuatu yang bersifat ilmu adalah ilmiah, Ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian atau studi disebut ilmu pengetahuan. Pengetahuan disebut ilmiah jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.



- Bersifat objektif, yaitu sesuai dengan kenyataan.


- Bersitat luas, maksudnya jika ia bersifat sempit maka jika diperluas dapat terjadi bahwa kesimpulan-kesimpulan menjadi keliru, tetapi tidak sebaliknya.

- Bersifat dalam, misalnya suatu masalah timbul. Berpikir untuk mengatasi masalah tersebut tidak hanya pada cara pragmatis, tetapi sampai kepada penyebab masalah dan mencari alternatif-alternatif pemecahannya.


- Bersifat relatif, maksudnya ia bersandar pada asumsi-asumsi tertentu yang bilamana asumsinya berubah maka nilai-nilai pun berubah. Contoh, jika Anda berlari di  dalam kereta api yang sedang melaju ke arab belakang. Dilihat dari dalam kereta api memang Anda bergerak mundur. tetapi dilihat dari luar kereta api Anda bergerak maju karena memang asumsinya telah diubah dari melihat di dalam menjadi di luar kereta api.


-   Dapat  diabstraksikan,  maksudnya adalah seperti diketahui bahwa  suatu ilmu  X sebagai suatu sistem tidak terlepas dari ilmu lainnya sehingga ilmu-ilmu ini akan menjadi satu kesatuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu X ini harus dapat diatur atau dipisahkan dari ilmu lainnya.

-   Dapat dikonkretisasi, artinya kalau ada pertanyaan mengenai ilmu X walaupun dengan pola pertanyaan 5W -1H (what, why, where, when, who dan how), ia dapat dijawab secara konkret.

-    Berupa sistem, artinya suatu ilmu memiliki kaitan dengan ilmu lain Ia juga melakukan transformsi, memiliki input dan output dan lain-lain sesuai dengan definisi sistem.

-    Berkembang, maksudnya adalah bahwa dunia yang semakin maju dan berkembang ini menjadikan masalah-masalah menjadi kompleks, oleh  karena itu, ilmu  X yang  dibuat pada  masa  lalu berasumsi pada situasi  masa  lalu perlu disesuaikan dengan  situasi saat ini dan selayaknya pula untuk  situasi masa datang.


-   Memiliki  disiplin dan metodis instrumentalis. Dalam hal  disiplin,  misalnya ilmu  X  akan dipakai  oleh ilmu Y untuk mengaplikasikan suatu riset. Hendaknya perhatikan terminologi  ilmu  X pada ilmu Y.  Misalnya istilah yang sama di ilmu X  dan ilmu  Y ternyata mempunyai arti  yang berbeda  tetapi oleh periset  dianggapnsama, maka hal  itu  akan  berakibat  fatal. Dalam hal metodis instrumentalis, bahwa ilmu dapat dibuat  konsep  dan modelnya sehingga ilmu yang luas itu  setidaknya  dapat  ditangkap  esensinya kalau tidak merasa  perlu  untuk  dihafal semuanya.


Selanjutnya,  ilmiah itu  harus memiliki  kebenaran. Kebenaran ilmiah harus dapat  dilihat  dari sisi bahwa  ia sesuai dengan  fakta dan  aturan, objektif, masuk akal dan memiliki asumsi-asumsi. Oleh karena  itu,  kebenaran  ilmiah harus sesuai dengan aturan, berarti  harus  memiliki metode. Metode ilmiah atau sering hanya ditulis metode. Metoda atau  methode  dapat  diartikan sebagai suatu cara  atau jalan pengaturan atau  pemeriksaan sesuatu. Ciri utama metode bersifat empiris, artinya  keputusan-keputusan diambil berdasarkan data  empiris (pengalaman  yang  benar). Oleh karena  itu,  metode  itu pun harus benar maka ada ilmu yang mempelajari tentang  metode,  untuk metode  riset ilmunya disebut Metodologi Riset.

Seseorang  yang melakukan riset hendaklah bersikap ilmiah dan berpikir ilmiah. Bersikap ilmiah ditandai dengan  beberapa ciri, antara lain memiliki ‘sikap yang positif’  yaitu sikap untuk  tetap  berkontribusi  walaupun kecil  dalam situasi apa  pun; ‘sikap bertanya’,  yaitu sikap untuk  mengetahui sesuatu,  sehingga hasilnya dapat  dimanfaatkan baik  pada  saat itu atau  pada saat  mendatang, dan ‘sikap sangsi’, yaitu  sikap  yang  tidak langsung  menerima atas hal-hal  yang dirasakan  masih ragu,  sehingga  ia  perlu untuk melakukan  tindakan-tindakan yang  mengarah kepada pembuktian.

No comments:

Post a Comment